Dalam rangka memperingati Hari Kartini 21 April yang lalu, salah satu info yang ingin disampaikan adalah kisah tentang perjuangan kesetaraan gender didunia dirgantara tanah air seperti dikutip dari Tribun Pekanbaru berikut :
Tak pernah tercatat dalam kumpulan cita-cita Fariana Dewi Djakaria untuk menjadi penerbang. Sebaliknya, seperti keinginan banyak orang, Ana demikian sapaan akrabnya sedari kecil, malah berniat menjadi dokter, pramugari ataupun polwan. Sederet profesi yang kala itu dinilai cukup bergengsi dan terhormat.
Dalam perjalanan pendidikannya, gadis kelahiran Pariaman, Sumatera Barat itupun mentasbihkan diri dalam hal-hal yang sama sekali tidak berhubungan dengan dunia penerbangan. Buktinya, siswa lulusan SMA 8 Bandung ini terakhir tercatat sebagai mahasiswi jurusan Administrasi Bisnis Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran Bandung (Unpad).
Namun siapa sangka, sebuah informasi tiba-tiba datang untuk selanjutnya mengubah perjalanan hidup dan masa depan Ana. Seorang saudaranya yang bekerja di TNI AU datang mengabarkan perekrutan Wanita Angkatan Udara (WARA) di TNI AU. Saat itu Ana tengah duduk disemester IV.
"Saya fikir, ini tawaran yang tidak datang dua kali. Jika menjadi penerbang, saya masih bisa melanjutkan kuliah. Beda jika saya menyelesaikan kuliah dulu. Akhirnya saya mengikuti seleksi dan Alhamdulillah lulus," kata Ana menjelaskan awal perjalanannya menjadi penerbang.
Satu tahun menjalani pendidikan Wara, Ana ditarik ke bagian staf keuangan Markas Komando Pasukan Khas (Makopaskhas) selama dua tahun. Tak berlama-lama ditempat itu, selanjutnya dia mengikuti tes seleksi penerbang. Dari 14 Wara, hanya Ana dan Sekti Ambarwaty yang lolos.
Berdasarkan hasil tes, keinginan dan potensi dan bakat Ana lebih condong pada helikopter dibandingkan Fix Wing, pesawat biasa. Padahal untuk menjadi penerbang helikopter tidaklah mudah karena sistem dan caranya berbeda dibanding menerbangkan pesawat biasa.
Lantas kenapa Ana memilih menjadi penerbang helikopter ? "Kalo perempuan yang menjadi penerbang pesawat sudah biasa. Semua senior perempuan di AU semuanya penerbang Fix Wing. Penerbang helikopter belum pernah ada. Saya tertantang untuk mencoba apa yang orang lain belum pernah coba," papar gadis yang bertugas di Pangkalan TNI AU Pekanbaru selama satu bulan ini.
Dan benar. Kini Ana tercatat sebagai wanita pilot helikopter pertama dan satu-satunya di Indonesia bahkan mungkin di Asia Tenggara. Sungguh prestasi luar biasa. Wanita murah senyum ini berhasil mendobrak dominasi patriarki di dunia penerbangan tanah air.
Ke depan, srikandi yang kini menjadi bagian dari Skuadron 7 Pangkalan Udara (Lanud) TNI AU Suryadharma, Subang berharap bisa meniti karir hingga menjadi instruktur penerbang. Ia juga berharap di negeri ini bermunculan penerbang-penerbang perempuan, yang mampu menerbangkan seluruh jenis pesawat dan helikopter.
Namun siapa sangka, sebuah informasi tiba-tiba datang untuk selanjutnya mengubah perjalanan hidup dan masa depan Ana. Seorang saudaranya yang bekerja di TNI AU datang mengabarkan perekrutan Wanita Angkatan Udara (WARA) di TNI AU. Saat itu Ana tengah duduk disemester IV.
"Saya fikir, ini tawaran yang tidak datang dua kali. Jika menjadi penerbang, saya masih bisa melanjutkan kuliah. Beda jika saya menyelesaikan kuliah dulu. Akhirnya saya mengikuti seleksi dan Alhamdulillah lulus," kata Ana menjelaskan awal perjalanannya menjadi penerbang.
Satu tahun menjalani pendidikan Wara, Ana ditarik ke bagian staf keuangan Markas Komando Pasukan Khas (Makopaskhas) selama dua tahun. Tak berlama-lama ditempat itu, selanjutnya dia mengikuti tes seleksi penerbang. Dari 14 Wara, hanya Ana dan Sekti Ambarwaty yang lolos.
Berdasarkan hasil tes, keinginan dan potensi dan bakat Ana lebih condong pada helikopter dibandingkan Fix Wing, pesawat biasa. Padahal untuk menjadi penerbang helikopter tidaklah mudah karena sistem dan caranya berbeda dibanding menerbangkan pesawat biasa.
Lantas kenapa Ana memilih menjadi penerbang helikopter ? "Kalo perempuan yang menjadi penerbang pesawat sudah biasa. Semua senior perempuan di AU semuanya penerbang Fix Wing. Penerbang helikopter belum pernah ada. Saya tertantang untuk mencoba apa yang orang lain belum pernah coba," papar gadis yang bertugas di Pangkalan TNI AU Pekanbaru selama satu bulan ini.
Dan benar. Kini Ana tercatat sebagai wanita pilot helikopter pertama dan satu-satunya di Indonesia bahkan mungkin di Asia Tenggara. Sungguh prestasi luar biasa. Wanita murah senyum ini berhasil mendobrak dominasi patriarki di dunia penerbangan tanah air.
Ke depan, srikandi yang kini menjadi bagian dari Skuadron 7 Pangkalan Udara (Lanud) TNI AU Suryadharma, Subang berharap bisa meniti karir hingga menjadi instruktur penerbang. Ia juga berharap di negeri ini bermunculan penerbang-penerbang perempuan, yang mampu menerbangkan seluruh jenis pesawat dan helikopter.
Biofile :
- Tempat Lahir : Pariaman
- Tanggal Lahir : 1 April 1982
- Anak ke : 1 dari 3 bersaudara
- Nama Ayah : Doko Djakaria Koerdi
- Nama Ibu : Lilies Yenni H
- Nama Adik : Fariani Dwisari Djakaria dan M. Fariando Djakaria
4 komentar
saya suka...
saya jg perempuan,, yangg ingin mjd mba ana.!
seorang pilot helikopter perempuan,,,
saya smakin tertantang dg hal itu!!!
wah sangat membanggakan seorang wanita Indonesia bisa memiliki Karir yang membanggakan
mbak ana the best..
suatu kebanggan tersendiri buat ak bisa kenal dngan mbak ana.. :)
wah..ini to yg namanya mbak ana...hehehe
semalem kita udah nonton bioskop,naek odong2 n wedangan ronde d Jogja....
good luck sist
Post a Comment