China menjadi kiblat ponsel merek lokal Indonesia. Jumlah pabrik ponsel di china ratusan. produk ponselnya tersebar ke seluruh indonesia. Sejak dual on dan ponsel TV meraup penjualan besar maka praktis pasar dipenuhi oleh berbagai merek ponsel baru. Merek baru-baru ini bisa dibagi menjadi 3 kelompok. pertama adalah merek yang benar-benar lokal, kedua merek yang dibawa dari negeri asalnya china. Merek lokal adalah merek yang hanya beredar di Indonesia.
Ketiga merek yang asli dari china yang kemudian diimport ke Indonesia. Untuk merek yang benar-benar lokal ada Hi-tech, Sanex, Nexian, Startech, D-One, My-G, Lotus, Beyond. Kedua, merek China K-Touch, Ozon, Huwaei, ZTE dan BenQ. Ketiga diwakili oleh Nexian. Acuan merek-merek tersebut hampir bersumber dari China. Maklumlah negeri tirai bambu ini memiliki ratusan pabrik ponsel dari mulai pabrikan ponsel besar hingga pabrik rumahan atau home industri. Selain memproduksi ponsel pesanan dari merek-merek besar seperti Nokia, Motorola. Pabrik di China juga memproduksi sendiri.
Perkembangan industri telekomunikasi di China memang agak mirip. Terutama dari sisi operator yang berbasis GSM ada juga yang CDMA. Sama dengan Indonesia. Bedanya kalo di Indonesia jumlah operatornya lebih banyak sedangkan di China hanya 2 yaitu China Unikom dan China Mobile. Tak heran jika basis industri ponsel mengikuti kedua operator yang ada. Ada yang memenuhi pasar GSM ada juga yang CDMA. Dan pada akhirnya ada juga yang memproduksi ponsel dual mode. Ponsel yang melayani jaringan GSM dan CDMA atau GSM-GSM dan CDMA-CDMA.
Karena itulah China menjadi syurga ponsel bagi importir ponsel dari Indonesia. Para importir bebas memilih barang yang sesuai dan cocok dari berbagai pabrikan ponsel. Jumlah produk juga tidak masalah. Bisa pesan 1000, 2000 atau sampai 100.000. Soal kualitas ya harus jeli karena tidak semua pabrikan ponsel di china lolos uji dan mendapat sertifikat dari lembaga yang berwenang. Di china ada juga ponsel yang disebut dengan Black Phone. Jenis ponsel ini yang tidak ada sertifikat dari pemerintah China. Konon salah satu persyaratan agar mendapat lisensi dari pemerintah, perusahaan yang memproduksi ponsel harus menyediakan modal minimal Rp. 250.000.000.0000
Ponsel Blackphone tidak bisa dijual di pasaran karena jika ketahuan pengusaha pemiliknya bisa ditangkap dan dipenjarakan. Karena urusan hukum di Cina tidak ada ampun.Karena tidak bisa dijual di negaranya akhirnya Blackphone ini dijual di luar negeri. Apakah merek-merek baru yang beredar di Indonesia ini tergolong kategori, atau BlackPhone atau bukan. Sulit untuk dibuktikan. Sepanjang principal dan importir ponsel menerapkan standar yang tepat, kualitas dan produk yang tinggi dan after sales yang memadai, produk-produk tersebut layak dipertanggung jawabkan. Sehingga konsumen tidak perlu khawatir dan begitulah kalo produknya ingin laku dipasaran dan brandnya juga terjaga.(telset)