Krisis global yang berawal dari Amerika Serikat sampai sekarang sudah mulai terasa dampaknya terutama dikalangan menengah kebawah. Beberapa indikasi yang terjadi dilapangan seperti : turunnya harga komoditi unggulan seperti kelapa sawit, karet, kelapa, kopra dan komoditas lainnya secara drastis.
Para petani sekarang sedang mengalami krisis setelah beberapa tahun belakangan menikmati krisis dengan melambungnya harga komoditas sawit, karet, kopra. Namun sekarang keadaan menjadi berbalik 180 derajat, bayangkan saja seperti harga sawit dari Rp.2000/kg turun menjadi Rp.250, karet dari Rp. 12.000-14.000 turun menjadi Rp. 3.000-4.000. Harga sawit untuk petani swadaya dengan umur panen tertentu berbeda dengan petani sawit dari KKPA/plasma yang memang bekerja sama dengan pihak perusahaan perkebunan dan pabrik.
Pihak perkebunan dan pabrik menetapkan harga yang berbeda antara petani binaan/mitranya dengan petani swadaya dengan alasan utama sumber bibit sawit petani binaan/mitra berasal dari pihak perkebunan/pabrik sehingga mutunya terjamin dan rendemen/output yang dihasilkan lebih bagus. Sedangkan bibit dari petani swadaya tidak terjamin mutunya sehingga kwalitas dan output yang dihasilkan tidak maksimal.
Dampak dari penurunan harga adalah menurunkan tingkat pendapatan petani dan pada akhirnya mempengaruhi tingkat kesejahteraan petani. Pola konsumtif seperti kebutuhan sekunder dan tersier dari petani cukup tinggi. Mereka rata-rata membeli rumah, mobil, sepeda motor, kebutuhan elektronik lainnya ke pihak jasa leasing/kreditur/bank dengan harapan pembayaran angsuran/kredit terpenuhi dari hasil panen kebun mereka.
Dengan jatuhnya harga tadi otomatis kewajiban-kewajiban angsuran/kredit bisa tidak terbayar sehingga mereka ada yang ditarik kendaraannya oleh pihak leasing ataupun mengalihkan kreditnya ke pihak lain dan bahkan terancam gagal bayar terhadap pihak bank.
Mengambil dari gambaran tersebut memang perlu diambil langkah-langkah jangka pendek dan jangka panjang untuk menyelamatkan nasib para petani karena kondisi ini belum bisa dipastikan sampai kapan akan berakhir.
Beberapa langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah :
- Bibit yang akan ditanam harus dari sumber asli/bersertifikat maka perlu adanya ketersediaan pasokan dalam jumlah cukup dan memadai
- Penghentian okupasi lahan untuk perkebunan sawit baik perorangan/kelompok/korporasi dengan maksud mengurangi laju pertumbuhan jumlah lahan sawit dan degradasi hutan.
- Perkebunan/pabrik yang ada dan akan dibangun harus bermitra dengan petani swadaya
- Mengurangi/memperpendek jalur distribusi/mata rantai komoditi mulai dari petani sampai dengan ke pabrik.
- Mengatur distribusi dan suplai pupuk supaya petani mendapatkannya dengan harga terjangkau.
- Mengurangi/renegosiasi ulang bunga-bunga kredit yang harus ditanggung petani
- Mendirikan pabrik-pabrik baru untuk menampung hasil panen petani
- Mengintensifkan pangsa pasar dalam negeri
- Diversifikasi industri hilir
- Mencari pangsa pasar ke negara-negara lain diluar Negara yang tujuan yang sudah ada untuk mengurangi ketergantungan pasar
- Menciptakan regulasi yang kondusif dan berpihak pada petani
- Mempercepat proses sertifikasi produk-produk komoditas perkebunan
Semoga dengan beberapa langkah tersebut diatas kiranya dapat membantu petani lepas dari imbas krisis global dan bisa tersenyum kembali seperti masa sebelum terjadinya krisis.
Selengkapnya...